Kamis, 27 April 2017

ANALISIS PROPOSAL USAHA KERUPUK SINGKONG “SARLY”



ANALISIS PROPOSAL USAHA
KERUPUK SINGKONG “SARLY”
Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Kewirausahaan



Dosen Pengampu: Dr. Drs. Sukirman. Pd. SH. MM

Disusun Oleh :                    
Nama                          : Anin Wina Chestiuly
NIM                      : 201511117
Kelas/Progdi         : 4D/ Manajemen
 

PROGAM STUDI EKONOMI MANAJEMEN
UNIVERSITAS MURIA KUDUS
2017/2018


KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat, taufiq, hidayah, serta inayah-Nya, sehingga penulis mampu menyelesaikan tugas Makalah  Kewirausahaan ini dengan baik, lancar tanpa ada halangan suatu apapun.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah kewirausahaan jurusan manajemen di Universitas Muria Kudus. Dalam memenuhi persyaratan tersebut, penulis mencoba membuat Makalah yang berjudul “Analisis Proposal Usaha Kerupuk Singkong Sarly”.
Dalam penyusunan ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna sebab pengetahuan dan pengalaman yang kurang memadai, penulis juga menemukan beberapa hambatan dalam menyusun makalah ini. Namun dibalik itu semua tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada orang tua, teman-teman yang sudah membantu dalam penyusunan makalah ini. Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca.





                                                                                                Kudus, 18 April 2017

                                                                                                        Penulis




RINGKASAN
Sukses atau tidaknya suatu usaha tergantung pada pelaku usaha. Apabila pelaku usaha mempunyai sifat dan watak yang sesuai dengan seorang wirausahawan maka secara langsung usaha yang dijalankan akan berbuah hasil dan mendapatkan keuntungan yang diharapkan. Suatu usaha tentunya akan mendapatkan risiko, apalagi usaha yang dijalankan tersebut inovatif maka akan mendapatkan risiko yang lebih besar daripada usaha yang relatif sederhana. Selain itu menjadi seorang pelaku usaha, harus dapat menerima serta mengatasi risiko yang ada pada usahanya. Risiko harus bisa teratasi, karena apabila tidak teratasi maka usaha yang sedang berjalan atau berkembang akan mengalami untuk semua itu. Akibatnya akan berpengaruh terhadap usahanya.
Seperti pada usaha keripik singkong sarly, saat menjalankan usahanya pemilik usaha ini mendapatkan suatu risiko pada usahanya. Hal ini dipengaruhi oleh produknya yang bersifat inovatif. Jadi ada beberapa risiko yang harus diatasi oleh pemilik usaha tersebut. Untuk mengatasi usaha tersebut, pemilik usaha melakukan beberapa cara yang menurutnya dapat mengatasi atau meminimalkan risiko yang ada pada usahanya tersebut. Hal ini dilakukan oleh pemilik usaha supaya usaha yang dijalankan mampu berkembang secara pesat serta dapat bersaing dengan usaha sejenis lainnya.










DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
KATA PENGANTAR.............................................................................................. ii
RINGKASAN........................................................................................................... iii
DAFTAR ISI............................................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................ 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Wirausaha............................................................................................... 2
2.2 Risiko dan Karakteristik...................................................................................... 3
2.3 Mengatasi Tekanan.............................................................................................. 5
2.4 Ideologi Wirausaha.............................................................................................. 5
2.5 Sikap Mental........................................................................................................ 6
2.6 Perilaku Positif..................................................................................................... 6
2.7 Kondisi Berisiko.................................................................................................. 8
2.8 Keputusan Risiko................................................................................................. 8
2.9 Tipe Pengambil Risiko......................................................................................... 10
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Konsep Wirausaha Pada Usaha Kerupuk Singkong “Sarly”............................... 13
3.2 Jiwa Wirausaha Yang Ada Pada Usaha Kerupuk Singkong “Sarly”................... 15
3.3 Risiko Yang Ada Pada Usaha Kerupuk Singkong “Sarly”................................. 19
BAB VI PENUTUP
4.1 Kesimpulan.......................................................................................................... 22
4.2 Saran.................................................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 23





















BAB I
PENDAHULUAN
Usaha yang berjalan dengan baik sampai sukses pasti tidak luput dari kemampuan yang dimiliki oleh pelaku usaha. Semua wirausahawan pastinya ingin usahanya berjalan dengan sesuai yang diharapkan. Kenyataanya banyak risiko atau hambatan yang muncul  saat menjalankan sebuah usaha, baik risiko itu dari dalam maupun dari luar. Untuk mengatasi risiko dalam usaha, perlu adanya kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang wirausahawan. 
Selain itu, pelaku usaha merupakan individu yang berorientasi kepada tindakan, dan bermotivasi tinggi mengambil risiko dalam mengejar tujuan. Ada banyak ciri-ciri yang harus dimiliki oleh seorang wirausaha seperti percaya diri, berorientasikan pada tugas dan hasil, pengambil risiko, kepemimpinan, keorisinilan serta berorientasi ke masa depan.
Jiwa tersebut perlu dimiliki dan dikembangkan jika ingin menjadi pelaku usaha yang baik. Seluruh sifat-sifat belum tentu dimiliki, semakin banyak yang dimiliki, semakin besar kemungkinan menjadi wirausaha baik. Seorang wirausaha akan berhasil setelah mengalami kegagalan, untuk itu pelaku usaha harus bisa menerima kegagalan saat menjalankan usahanya. Hal ini dikarenakan risiko kegagalan selalu ada. selain itu, kegagalan harus diterima sebagai pengalaman belajar.
Untuk mengatasi risiko kegagalan pada usaha yang kita jalankan, perlu adanya kekuatan yang berasal dari diri kita sendiri agar bisa bangkit serta mengatasi risiko kegagalan tersebut.







BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Definisi wirausaha (entrepreneur) diperoleh dari berbagai buku maupun kamus, Kurotku dan Hodgetts (2001) menyatakan bahwa entreprenuer berasal dari bahasa Perancis yaitu entreprendre yang berarti mengambil pekerjaan (to undertake). Konsep mengenai entreprenuer adalah sebagai berikut : The entreprenuer is one who undertake to organize, manage, and asume the risk of a business. Konsep ini memberikan arti bahwa usahawan merupakan seseorang yang bertindak membuat organisasi, mengelola dan menentukan risiko sebuah bisnis. Berdasarkan konsep tersebu, risiko yang terjadi dalam sebuah bisnis diambil oleh yang melakukan bisnis.
Sedangkan menurut Zimmerer dan Scarborough (2005) memberikan konsep wirausahawan sebagai berikut : An entreprenuer is one who creates a new business in the face of risk and uncertainty for the purpose of achieving profit and growth by identifying significant opprotunities and assembling the necessary resources to capitalize on them.Konsep tersebut menceritakan bahwa wirausahawan merupakan seseorang yang menghadapi risiko di masa mendatang dan bertujuan untuk mendapatkan profit dengan menggunakan seluruh sumber daya yang dimiliki sehingga mengalami peningkatan terhadap usaha.
Berdasarkan kedua konsep disebutkan bahwa entrepreneur merupakan tindakan seseorang yang berani menanggung risiko sebuah bisnis, adanya pertumbuhan bisnis, hasilnya akan meningkatkan kapitalisasi perusahaan. Entrepreneur mempunyai empat karakteristik yaitu :
1.        Menjalankan sebuah bisnis yang mempunyai kemungkinan menghasilkan keuntungan,
2.        Berani menanggung dan menerima risiko bisnis tersebut di masa-masa mendatang,
3.        Bisnis yang sedang ditekuni akan mempunyai kesempatan bertumbuh, dan
4.        Perusahaan akan membuat inovasi dan terjadi kapitalisasi bisnis tersebut.
Berbagai pihak menyatakan bahwa entreprenuer dihubungkan dengan inovasi karena tindakan bisnis yang dihasilkan bisa unik dan mempunyai inovasi tinggi. Inovasi tersebut akan mengandung risiko pada hasil atau pada awal memulai bisnis.
2.2 Risiko dan Karakteristik
Wirausaha menyukai risiko realistik karena ingin berhasil mendapatkan kepuasan besar dalam melaksanakan tugas yang sukar tetapi realistik dengan menerapkan keterampilan-keterampilan yang dimiliki, sehingga risiko kecil dan risiko tinggi dihindari karena sumber kepuasan tidak terdapat pada situasi itu. Berarti wirausaha menyukai tantangan yang sukar tetapi dapat dicapai.
Semakin bertambah besarnya perusahaan, maka bertambah banyak persoalan yang akan dihadapi. Pertumbuhan dan perkembangan perusahaan menghendaki bahwa pelaku usaha tidak takut mengambil keputusan dan bersedia menerima risiko tertentu. Sebagian pengusaha merasa takut mengambil risiko karena ingin aman dan mengelak kegagalan, tetapi semua tahap pekerjaan mengandung risiko, dimana merupakan bagian dari kegiatan pelaku usaha. Wirausaha bekerja di bawah tekanan-tekanan dan kondisi pengambilan risiko dan harus mengerti bahwa kemungkinan gagal selalu ada.
Landau (1982) mengusulkan hubungan dari risiko yang dibawa (risk bearing) dengan karakteristik inovasi membuat sebuah dasar klasifikasi entreprenuer. Hubungan tersebut dapat diperhatikan pada tabel di bawah ini :
Gambler
Entreprenuer
Consolidator
Dreamer

Gambler merupakan entreprenuer juga, tetapi selalu mempunyai karakteristik inovasi yang rendah dan risiko yang besar. Dreamer (pemimpi) adalah entreprenuer yang mempunyai inovasi tinggi, tetapi hanya menerima risiko yang rendah. Consilidator adalah entreprenuer yang hanya bisa menerima risiko rendah dan karakteristik inovasi rendah. Sedangkan entreprenuer adalah seseorang yang mempunyai karakteristik inovasi tinggi dan risiko yang dihadapi atau dibawanya juga tinggi.
Kuratko dan Hodgetts (2001) menyebutkan ada 10 karakteristik dari entreprenuer yaitu:
1.        Entrepenuer adalah pelaku bukan pemikir.
2.        Entrepenuer dilahirkan, bukan dibuat atau diciptakan.
3.        Entrepenuer selalu menjadi penemu/ pencipta sesuatu.
4.        Entrepenuer adalah akademisi dan tidak bisa menyesuaikan dalam masyarakat.
5.        Entrepenuer harus memenuhi the profile.
6.        Kebutuhan entrepenuer adalah uang.
7.        Kebutuhan Entrepenuer adalah keberuntungan.
8.        Ketidaktahuan merupakan kebahagiaan bagi entrepenuer.
9.        Entrepenuer menginginkan keberhasilan tetapi pengalaman menyatakan tingkat kegagalan cukup tinggi.
10.    Entrepenuer adalah sangat pengambil risiko (gamblers)
Sedangkan menurut Sukardi (1991) menemukan ada sembilan karakteristik tingkah laku wirausahawan yaitu :
1.        Sifat instrumental
2.        Sifat prestatif
3.        Sifat keluwesan bergaul
4.        Sifat kerja keras
5.        Sifat keyakinan diri
6.        Sifat pengambil risiko
7.        Sifat swakendali
8.        Sifat kemandirian
Berdasarkan karakteristik entreprenuer yang dikemukakan oleh beberapa ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa entreprenuer harus memiliki motivasi kerja keras, mempunyai jaringan (network), inovasi dan keinginan bertumbuh, serta pengambil risiko. Kondisi ini menunjukkan bahwa para entreprenuer menemui tekanan (stress) setiap inovasi yang dikerjakan. Tekanan tersebut bersumber dari berbagai kejadian, menurut Boyd dan Gumpert (1983) bahwa sumber tekanan dapat diidentifikasi dari empat penyebab yaitu : kesepian, terbenam dalam bisnis yang dikerjakan, persoalan-persoalan manusia (pegawai), dan kebutuhan akan keberhasilan atau tercapai.
2.3 Mengatasi Tekanan
Mengantisipasi tekanan entreprenuer harus bisa berhasil, supaya dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Kebiasaan mengatasi tekanan dilakukan para entreprenuer seperti melakukan meditasi, melamahkan otot dengan olahraga, mencari hiburan dan sebagainya. Terdapat lima persoalan yang perlu dikerjakan agar tekanan teratasi, yaitu :
1.        Menciptakan Networking : kesepian yang dihadapi dilakukan dengan menciptakan hubungan baik dengan berbagai pihak sehingga mampu bercerita permasalahan yang dihadapi.
2.        Keluar dari persoalan secara total : pada saat tidak bekerja seperti hari libur atau akhir pekan entreprenuer melepaskan semua pekerjaan dan tidak menerima laporan sehingga kondisi tubuh dapat menciptakan kesegaran.
3.        Berkomunikasi dengan pekerja : entreprenuer mau membuka pintu dan berdiskusi dengan karyawan. Hubungan baik dengan karyawan akan membantu entreprenuer dalam menghadapi persoalan.
4.        Menciptakan kepuasan di luar perusahaan : entreprenuer dapat melakukan kegiatan di luar perusahaan untuk mendapatkan kepuasaan sehingga bisnis yang dikerjakan tidak menjadi persoalan.
5.        Pendelegasian : entreprenuer harus bisa mendelegasikan pekerjaan kepada karyawan dan tidak dikerjakan sendiri seluruhnya.
2.4 Ideologi Wirausaha
Keberhasilan pelaku usaha tergantung pada kesediaan untuk bertanggung jawab atas pekerjaan sendiri, belajar tentang diri sendiri untuk mencapai tujuan yang sesuai dengan keinginan dalam menjalani hidup. Kekuatan datang dari tindakan sendiri dan bukan dari orang lain. Risiko kegagalan selalu ada, pelaku usaha mengambil risiko dengan jalan menerima tanggung jawab atas tindakan sendiri. Kegagalan harus diterima sebagai pengalaman belajar. Wirausaha berhasil setelah mengalami kegagalan, berdasarkan dari pengalaman masa lampau membantu menyalurkan kegiatan-kegiatan untuk mencapai hasil-hasil yang lebih positif, dan keberhasilan merupakan buah dari usaha yang tidak mengenal lelah.
Capaian tujuan yang berhubungan dengan kemampuan dan keterampilan. Terima diri sendiri, tekankan kekuatan-kekuatan serta kurangi kelemahan, jujur dan agresif dalam mengejar tujuam, dipastikan mencapai hasil yang positif. Berorientasi pada tujuan mendorong munculnya sifat muda yang paling baik. Lakukan hal yang penting dan mampu untuk dikerjakan. Mencapai kesempurnaan merupakan sesuatu yang ideal dalam mengejar tujuan, tetapi bukan merupakan sasaran yang realistik bagi wirausaha pada umumnya. Hasil yang diterima lebih penting dari hasil yang sempurna. Berusaha mencapai suatu hasil secara sempurna untuk satu tujuan dalam jangka waktu yang terlalu lama hanya akan menghambat perkembangan dan pertumbuhan pribadi.
2.5 Sikap Mental
Pelaku usaha memiliki pandangan hidup sehat, merupakan individu-individu yang telah mengembangkan cara menilai pengalaman-pengalaman secara sehat. Saran berikut merupakan pengembangan sikap mental yang baik.
1.        Pelaku bisnis merupakan orang yang mengetahui bagaimana menemukan kepuasan dalam pekerjaan dan bangga akan prestasi. Tunjukkan sikap yang positif terhadap pekerjaan, karena sikap ini menentukan keberhasilan.
2.        Otak merupakan alat yang berdaya luar biasa, menyediakan waktu beberapa saat setiap hari untuk memikirkan sesuatu memungkinkan terarah pada kegiatan-kegiatan yang berarti.
3.        Sebagian manusia membatasi pikiran pada problem dan kegiatan-kegiatan sehari-hari. Gunakan imajinasi untuk meluaskan pikiran dan coba berpikir yang “besar-besar”. Pelaku bisnis yang dapat melihat “image besar” adalah bersifat wirausaha dan merupakan calon pemimpin bisnis maupun masyarakat.
4.        Humor ikut mengembangkan sikap mental yang sehat, terlalu serius dapat merugikan pekerjaan dan tidak sehat. Menunjukkan rasa humor berpengaruh pada orang lain dengan jalan menyebarkan optimisme dan suasana yang santai.
5.        Pikiran harus terorganisasi dengan baik dan mampu memusatkan pada berbagai permasalahan. Mampu memindahkan perhatian dari satu permasalahan ke permasalahan lain dengan upaya yang minim.
2.6 Perilaku Positif
Perilaku individu pada dasarnya membiarkan keadaan luar mengendalikan sikap, pelaku usaha menggunakan sikap untuk mengendalikan keadaan. Sikap positif memudahkan untuk memfokuskan pada kegiatan, kejadian dan atas hasil yang diinginkan. Pengalaman negatif mempunyai segi yang positif. Bersikap secara positif terhadap semua peristiwa dan mencari hikmah dari pengalaman.
Sikap positif dapat dikembangkan dalam jangka waktu lama. Faltor-faltor berikut berguna bagi pelaku usaha dalam mengembangkan sikap positif.
1.      Pusatkan perhatian dan gunakan pikiran secara produktif.
2.      Pilih sasaran positif dalam pekerjaan.
3.      Bergaul dengan orang yang berfikir dan bertindak secara wirausaha. Cara berfikir dan ciri-ciri dariorang di sekitar berimbas pada diri sendiri.
4.      Jauhi pikiran dan ide negatif.
5.      Diri sendiri yang mengendaliakn pikiran dan gunakan pikiran secara produktif.
6.      Selalu awas terhadap peluang-peluang untuk meningkatkan situasi, baik dalam kehidupan pribadi, kehidupan kerja maupun dalam kehidupan mesyarakat.
7.      Tinggalkan suatu ide jika tidak menghasilkan yang benar, lebih baik mengubah arah dari [ada mengejar ide yang tidak akan berhasil secara memuaskan.
8.      Lingkungan mempengaruhi prestasi, apabila lingkungan tidak memenuhi kebutuhan diri wirausaha, ubah lingkungan atau pindah ke lingkungan lain yang lebih positif dan memungkinkan tercapai sasaran yang diinginkan.
9.      Percaya diri sendiri dan bakat, sukses datang bagi yang percaya pada kemampuan diri sendiri dan menggunakan kemampuan sepenuhnya.
10.  Hilangkan beban mental dengan mengambil tindakan. Pusatkan pikiran pada problem tertentu. Sekali mencapai keputusan, ambil tindakan untuk memecahkan persoalan, usahakan konflik mental diselesaikan secepat mungkin.
Penelitian mutakhir menunjukkan bahwa ciri pokok dari wirausaha berhasil adalah kemampuan untuk mengambil keputusan dalam suasana stress. Mengelola fdalam situasi stress yang terus menerus menghendaki keadaan fisik dan mental baik. Paling utama dalam menangani stress meliputi, perhatian dalam makan dan minum, tidur dan istirahat yang cukup, tidak merokok, memisahkan yang penting dari yang “mendesak” dan dari yang “lain-lain” dimana harus dibuat dan mengutamakan menangani hal-hal yang penting dengan mengambil tindakan tidak berhenti pada rasa cemas. Siapkan rencana darurat untuk menangani apabila terjadi paling buruk, paling baik, atau paling mungkin terjadi. Menghadapi stress, perlu diingat adalah menyediakan cukup waktu dan berusaha untuk bekerja sesuai dengan rencana.
2.7 Kondisi Berisiko
Kondisi berisiko terjadi apabila pelaku usaha supaya membuat pilihan dari dua alternatif atau lebih, yang mengakibatkan hasilnya tidak diketahui dan harus dinilai secara obyektif. Kondisi semacam ini mengandung potensi kegagalan dan keberhasilan. Semakin besar kemungkinan rugi semakin besar risiko yang dihadapi. Sebagai penentu keputusan risiko pelaku usaha harus mengambil keputusan dalam situasi penuh ketidakpastian, dengan menimbang kemungkinan sukses atau rugi. Pelaku usaha dapat memilih alternatif yang “mengandung risiko” atau alternatif “konservatif”, tergantung dari :
1.        Kemampuan daya tarik setiap alternatif;
2.        Kesediaan menerima kerugian;
3.        Kemampuan menerima keberhasilan dan kegagalan;
4.        Kemampuan meningkatkan keberhasilan dan mengurangi kerugian.
Penilaian kondisi seorang wirausaha terletak pada kesuksesan perusahaan, seorang wirausaha akan melakukan secara sistematik dan menyeluruh serta sampai sejauh mana upaya-upaya untuk dapat mempengaruhi kemungkinan kegagalan maupun keberhasilan, selanjutnya memutuskan akan membeli apabila upaya yang dilakukan dapat untuk meraih keberhasilan.
Faktor lain dari rancangan pelaku usaha terhadap kondisi pengambilan risiko adalah kesediaan menerima tanggungjawab pribadi atas akibat-akibat keputusan, baik yang menguntungkan maupun merugikan. Sedangkan bagi bukan pelaku usaha merasa keberatan menerima tanggungjawab atas keputusan-keputusan yang mengakibatkan kegagalan, dan menghubungkan peristiwa-peristiwa dalam kehidupan dengan nasib, seperti persaingan dengan perusahaan besar atau campur-tangan pemerintah. Pelaku usaha semacam ini hanya mempertaruhkan semua, atau menolak semua situasi risiko karena merasa tidak dapat mempengaruhi hasil.
Ciri-ciri wirausaha saling berkaitan, terutama pada perilaku pengambilan risiko, beberapa kaitan itu antara lain :
1.        Pengambilan risiko berkaitan dengan kreativitas dan inovasi serta merupakan bagian penting dalam mengubah ide menjadi realitas.
2.        Pengambilan risiko berkaitan dengan kepercayaan pada diri sendiri. Semakin besar keyakinan pada kemampuan sendiri, semakin besar keyakinan akan kesanggupan untuk mempengaruhi hasil dari keputusan-keputusan, dan semakin besar kesediaan untuk mencoba apa yang dilihat orang lain sebagai risiko.
3.        Pengetahuan realistik mengenai kemampuan-kemampuan diri sendiri, realisme demikian membatasi kegiatan-kegiatan pad situasi yang dapat pengaruhi hasil.
Semua perilaku pengambilan risiko tidak sesederhana dan seobyektif apa yang digambarkan tersebut. Terdapat unsur kegairahan seorang wirausaha terhadap ketidakpastian, dan ada dorongan untuk memastikan bahwa konsekuensi yang dihadapi penuh keberhasilan.
2.8 Keputusan Risiko
Pengambilan keputusan risiko merupakan masalah yang paling utama dalam merealisasikan potensi pada diri sendiri sebagai wirausaha. Pengalaman pengambilan risiko dalam hubungan pribadi dengan anak, istri dan tetangga akan membantu memperoleh pengalaman untuk menilai kemungkinan-kemungkinan pengambilan risiko seperlunya dan mengelakkan risiko yang kecil.
Pengambilan risiko dalam kehidupan melibatkan suatu kesadaran akan peristiwa-peristiwa masa lalu, perhatian untuk masa depan, dan keinginan untuk hidup di masa sekarang. Apabila tidak bersedia mengambil risiko, maka tidak akan pernah dapat mewujudkan bakat dan kemampuan. Pertumbuhan pribadi dan profesional datang dari hidup di masa sekarang dan mengambil risiko yang perlu untuk mencapai tujuan-tujuan di masa yang akan datang.
Selaku pelaku usaha, harus sadar bahwa pertumbuhan datang dari pengambilan keuntungan peluang-peluang masa sekarang dalam kehidupan pribadi maupun bisnis dan pengambilan risiko untuk mencapai tujuan. Beberapa risiko penting adalah yang membawa belajar mengenai sesuatu yang baru tentang diri sendiri. Situasi-situasi yang mengandung risiko pribadi harus menantang kemampuan, jangan meremehkan nilai diri sendiri, karena di mungkinkan mampu mencapai lebih banyak dari yang dicapai sekarang. Pengambilan risiko merupakan bagian penting dalam pertumbuhan pribadi, dan berguna dalam menjalankan kegiatan bisnis.
Sebagai wirausaha jangan mengambil risiko yang tidk diperlukan, usahakan dapat menguasai emosi dan mengambil risiko jika keuntungan sama atau lebih besar dari risiko yang terkandung. Kegiatan utama adalah memutuskan apakah tujuan itu cukup penting untuk dapat membenarkan risiko atau tidak. Kondisi tertentu wirausaha menggunakan intuisi dan menilai tindakan mana saja yang mengandung risiko. Intuisi akan menentukan sejauh mana risiko dan hasil yang diperoleh. Faktor-faktor yang dapat terwujud namun penting adalah bakat, kemampuan dan pengalaman diri sendiri.
2.9  Tipe Pengambil Risiko
Pengambilan keputusan/risiko sedikit banyak dipengaruhi oleh orang lain, pengalaman lalu, situasi sekarang dan pengharapan-pengharapan masa depan, dalam bisnis dibutuhkan berbagai tipe pengambil risiko. Organisasi tingkat bawah dibutuhkan pekerja yang terampil dalam melaksanakan pekerjaan rutin, sehingga sedikit risiko. Sebagian besar pekerja masuk ke dalam pengambil risiko tipe ini, karena perilaku dapat diramalkan dan membawa kestabilan organisasi.
Tingkat manajemen menengah, terdapat kemungkinan lebih banyak untuk pengambilan risiko. Manajer tingkat menengah lebih banyak mendapat kebebasan untuk inovasi dan membuat perubahan kecil dalam prosedur dan fungsi-fungsi. Posisi ini dapat dianggap sebagai pengambil risiko, tetapi dampak atas keseluruhan organisasi harus minim. Pelaku usaha yang berada pada tingkat teratas, mempunyai kemampuan untuk merumuskan dan menerapkan ide-ide kreatif. Mengantisipasi keberhasilan dalam bisnis, wirausaha diharapkan mengambil risiko dalam mewujudkan ide-ide menjadi kenyataan.
Wirausaha dapat dikatakan “praktis”, apabila organisasi tumbuh berdasarkan pengendalian dan pengarahan dari diri wirausaha sendiri. Wirausaha praktis berorientasi pada hasil dan mempunyai keyakinan akan ide-ide sehingga mampu menerima risiko demi terlaksananya ide. Sebaliknya pelaku usaha merasa lebih praktis dalam menyadari keterbatasan diri dan membatasi kegiatan sampai pada aktivitas yang mampu dilaksanakan.
Pelaku usaha yang kreatif dan inovatif akan mengambil risiko yang sedang, bersedia menerima perubahan, mencoba alternatif lain dan mengembangkan inovasi untuk barang dan jasa dalam bidang bisnis baru. Pelaku usaha semacam ini menjadi tokoh dalam dunia bisnis, mempunyai ide dan mampu menemukan kombinasi antara orang dan sumber daya lain untuk mewujudkan ide.
Pengambilan risiko merupakan gaya perilaku, dengan penuh perhitungan, merupakan suatu keterampilan yang dapat ditingkatkan. Prosedur untuk menganalisis sebuah risiko :
1.        Taksiran Risiko
Pertama menaksir ada tidaknya risiko : yaitu apa terdapat potensi rugi dalam memilih sebuah alternatif. Misal, dihadapkan pada kebutuhan peningkatan produksi untuk memenuhi tambahan permintaan. Pilihannya adalah :
a.       Tetap pada tingkat permintaan sekarang;
b.      Membeli peralatan lebih banyak untuk memenuhi permintaan;
c.       Menyewa peralatan lebih banyak untuk memenuhi permintaan; atau
d.      Mensubkontrakkan kepada produsen-produsen yang lebih kecil.
Apabila mempunyai arus kas baik, cadangan kas kuat, atau kemudahan kredit baik, dan jika permintaan dapat dipastikan meningkat pada waktu yang akan datang, maka di sini terdapat sedikit risiko di dalam memutuskan salah satu dari alternatif-alternatif, meskipun alternatif pertama akan merupakan pilihan yang tidak bijaksana untuk diambil karena mengabaikan peluang peningkatan laba.
2.        Tujuan dan Sasaran
Langkah berikutnya adalah mempertimbangkan kebijakan-kebijakan dan sasaran-sasaran perusahaan. Sasaran sebuah perusahaan dirumuskan : mencapai pertumbuhan secara perlahan, mantap atau tidak tumbuh atau pertumbuhan dalam bidang produk lain. Pelaku usaha berani memutuskan apakah risiko yang muncul itu taat azas dengan tujuan dan sasaran perusahaan, apabila taat azas, proses pengambilan keputusan diteruskan dan lakukan penaksiran alternatif secara rinci.
3.        Teliti Alternatif
Contoh : pengambilan risiko tertentu (keputusan untuk meluaskan produksi) konsisten dengan sasaran-sasaran perusahaan, maka langkah selanjutnya mengadakan survei berbagai alternatif. Alternatif-alternatif ditentukan secara rinci sehingga semua biaya dapat ditelaah dengan obyektif. Sebagian besar biaya merupakan biaya finansial. Tetapi jika ditinjau memungkinkan sebaiknya memperhitungkan “biaya pribadi”, sosial dan fisik. Misal : apakah sebuah alternatif menyita usaha pribadi? Apakah kegagalan akan menjatuhkan prestise sosial? Perlu menentukan biaya keuangan dan biaya-biaya lain untuk setiap alternatif yang dapat dijalankan.


4.        Kumpulan Informasi
Tahap selanjutnya mengumpulkan informasi secara intensif sehingga penaksiran setiap kemungkinan realistik dapat dibuat secara realistik. Ramalan pasar dibuat untuk setiap permintaan dalam berbagai kemungkinan kondisi yang dapat terjadi. Reaksi dari pesaing ditaksir dan akibat dari reaksi diperhitungkan. Berbagai akibat sebaiknya ditelusuri dengan kesimpulan-kesimpulan logis.
a.       Apabila permintaan mendekati titik kejenuhan, apakah modifikasi, produk mendorong kenaikan permintaan di pasar baru.
b.      Apakah terdapat pasar-pasar baru jika kegiatan persaingan mengurangi bagian pasar yang sekarang?
c.       Dapatkah peralatan mesin dimodifikasi dengan mudah untuk membuat produk-produk lain?
d.      Apakah ada kemungkinan para pembekal dan subkontraktor menaikkan harga-harga jika permintaan bertambah?
Laba yang diperoleh perusahaan untuk setiap alternatif diukur atas dasar informasi pasar, ramalan-ramalan dari permintaan masa depan, penaksiran reaksi persaingan, dan berbagai ramalan lain termasuk perilaku dari yang terlibat dalam situasi ini, seperti perusahaan jasa keuangan atau produsen peralatan.
5.        Minimkan Risiko
Menentukan langkah berisikan penaksiran secara realistik tentang sejauh mana dapat mempengaruhi keadaan, mengandung unsur-unsur sebagai berikut :
a.       Kesadaran yang jelas tentang kemampuan dan kekuatan perusahaan;
b.      Kreativitas dalam menentukan cara mengubah keadaan (demi keuntungan);
c.       Kemampuan merencanakan taktik dan strategi untuk mewujudkan perubahan;
d.      Dorongan, energi dan antusias untuk melaksanakan strategi.
6.        Rencanakan dan Laksanakan Alternatif
Sebuah alternatif telah dipilih, susun sebuah rencana untuk pelaksanaan. Rencana memuat jadwal, rumusan tujuan yang jelas, seperangkat rencana darurat untuk hasil yang akan terjadi, dan proses umpan-balik, sehingga perubahan-perubahan yang diperlukan dilaksanakan dengan segera.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Konsep Wirausaha Pada Usaha Kerupuk Singkong “SARLY”
Berdasarkan konsep yang disampaikan oleh Zimmerer dan Scarborough, pemilik usaha kerupuk singkong SARLY saat ini sudah menemukan beberapa risiko dalam usahanya. Dan  untuk kedepannya pemilik usaha juga akan menemukan risiko usaha yang lebih banyak daripada sebelumnya. Untuk mengatasi risiko yang muncul, pemilik usaha harus mempunyai solusi untuk masing-masing risiko yang ada pada usaha tersebut. Dengan mempunyai keahlian khusus, keterampilan serta mempunyai sifat seorang wirausaha, pemilik usaha ini yakin bahwa ia dapat mengatasi risiko yang ada pada usahanya.
Selain itu ,untuk mengatasi atau menangani risiko, pemilik usaha kerupuk singkong Sarly memanfaatkan sumber daya manusia yang ada secara baik dan efisien sehingga akan dapat menangani beberapa risiko yang ada pada usaha ini. Dengan membagi tugas sesuai porsi atau bagian keahlian masing-masing pekerja, diharapkan proses produksi usaha ini dapat berjalan dengan baik. Hal ini akan meminimalkan risiko yang ada pada usaha kerupuk singkong Sarly.
Untuk menjadi seorang wirausaha atau entrepreneur, pemilik usaha kerupuk singkong Sarly sudah mempunyai empat karakteristik yaitu :
a.         Menjalankan sebuah bisnis yang mempunyai kemungkinan menghasilkan keuntungan.
          Menjalankan bisnis untuk mendapatkan keuntungan pastinya sudah menjadi tujuan utama pelaku bisnis. Untuk itu, pemilik usaha kerupuk singkong ini sudah menghitung mulai dari kebutuhan bahan baku, kebutuhan biaya overhead, kebutuhan modal investasi serta menghitung laporan keuangan. Apabila sudah menghitung semuanya, secara otomatis pemilik bisnis sudah mengetahui berapa keuntungan yang akan didapatkan selama satu bulan atau bahkan satu tahun saat penjualan produknya.
          Apabila usaha kerupuk singkong Sarly mengalami kerugian, maka pemilik usaha akan berusaha semaksimal mungkin mengatur keuangan pada usaha agar tidak akan terjadi kerugian lagi. Selain itu, untuk terhindar daari kerugian pada usaha, pemilik usaha sudah mengantisipasi dengan cara mengatur pengeluaran-pengeluaran perusahaan. Jika pengeluaran-pengeluaran perusahaan lebih besar daripada pendapatan perusahaan, hal ini akan menyebabkan kerugian pada perusahaan. Oleh karena itu, penting bagi pemilik usaha untuk mengatur segala urusan yang berhubungan langsung dengan keuangan pada perusahaan.
b.        Berani menanggung dan menerima risiko bisnis tersebut di masa-masa mendatang.
          Risiko bisnis pastinya akan muncul saat pelaku bisnis menjalankan sebuah usaha. Setiap pelaku bisnis tentu memiliki sifat dan sikap yang berbeda, ada yang berani menanggung kemudian mencari solusinya ada pula yang tidak berani menerima risiko akibatnya usaha yang dijalankan itu tidak dapat berjalan yang sesuai diharapkan atau bahkan mengalami kebangkrutan. Untuk menjadi seorang entrepreneur harus berani menanggung dan menerima risiko yang ada pada bisnis baik di masa sekarang atau di masa mendatang.
          Pada usaha kerupuk singkong, pemilik usaha mempunyai keberanian untuk menanggung dan menerima semua risiko bisnis yang akan datang di masa sekarang ataupun di masa mendatang. Ia juga berkeyakinan dapat mengatasi risiko yang akan muncul pada usahanya. Karena ia memiliki pendidikan yang cukup dan memiliki pengalaman dalam menjalankan suatu usaha. Dengan begitu, ketika ada mendapatkan suatu risiko pada usahanya, pemilik usaha kerupuk singkong Sarly sudah mengetahui beberapa solusi atau cara untuk mengatasi risiko-risiko yang bermunculan saat ia menjalankan usahanya tersebut.
c.         Bisnis yang sedang ditekuni akan mempunyai kesempatan bertumbuh.
          Tumbuh atau berkembang suatu bisnis dapat dilihat dari pesaing, semakin banyak pesaing yang ada semakin susah bisnis yang kita jalankan itu berkembang. Untuk itu, kita harus mengetahui seberapa banyak pesaing bisnis yang akan dijalankan. Dilihat dari lokasi usaha banyak pesaing yang menjual kerupuk. Akan tetapi, pesaing yang menjual kerupuk singkong dengan rasa yang berbeda dari yang lain belum ada di daerah lokasi usaha kerupuk singkong ini. Dengan begitu, bisnis kerupuk singkong sarly ini dapat berkembang serta akan sukses.


d.        Perusahaan akan membuat inovasi dan terjadi kapitaslisasi bisnis tersebut.
          Kerupuk singkong atau yang sering disebut masyarakat kudus sarmier atau opak sudah banyak usaha yang membuat produk tersebut. Akan tetapi, kerupuk singkong dengan tambahan daging sapi tentunya belum ada yang memproduksi atau bahkan menjualnya. Inovasi rasa yang ada pada kerupuk singkong sarly ini diharapkan dapat memberikan sensasi rasa yang berbeda dengan kerupuk singkong lainnya. Selain itu, adanya inovasi rasa tersebut akan membuat para konsumen akan lebih tertarik untuk mencoba serta membeli produk yang dihasilkan oleh usaha kerupuk singkong sarly.
Berdasarkan klasifikasi wirausaha menurut Landau, pemilik usaha kerupuk singkong sarly ini termasuk dalam kategori karakteristik entreprenuer. Hal ini dikarenakan pemilik usaha memiliki inovasi usaha yang tinggi dan seiring berjalannya waktu pemilik usaha pastinya akan menghadapi suatu risiko yang tinggi pula. Untuk itu pemilik usaha melakukan berbagai cara untuk mengantisipasi risiko yang akan muncul pada usahanya tersebut. Selain itu, pemilik usaha juga akan merubah sebuah risiko menjadi keuntungan tersendiri bagi usahanya kelak.
3.2 Jiwa Wirausaha Yang Ada Pada Usaha Kerupuk Singkong “SARLY”
Ciri dan profil wirausaha yang harus ada pada diri pelaku usaha :
1.        Percaya diri
          Seorang wirausaha harus memiliki sifat percaya diri, karena apabila memiliki sifat ini dapat membuat seorang wirausaha menjadi yakin akan usaha yang di jalankan. Seperti pada usaha kerupuk singkong Sarly, pemilik usaha tersebut mempunyai sifat percaya diri. Menurut pemilik usaha kerupuk singkong Sarly, sifat optimis sangat penting baginya, dikarenakan jika tidak mempunyai sifat ini maka ia akan merasa ragu saat menjalankan usahanya. Dengan memiliki sifat percaya diri ini, membuat pemilik usaha kerupuk singkong merasa yakin bahwa usaha yang baru ia jalankan ini dapat bersaing  dengan usaha lain yang sejenis.
2.        Berorientasikan pada tugas dan hasil
          Usaha kerupuk singkong Sarly, saat proses produksi harus dilakukan dengan sabar serta tekun karena kalau tidak hasil kerupuk atau produknya tidak akan sesuai yang diharapkan. Pada mulanya, pemilik usaha kerupuk singkong Sarly hanya membayangkan saja bagaimana rasanya apabila adonan kerupuk singkong ditambahkan dengan kornet daging sapi, akan tetapi adanya dorongan yang kuat dari diri sendirinya untuk memproduksi kerupuk singkong tersebut. Dan hasil dari kerupuk singkong tersebut rasanya enak serta gurih.
          Seperti yang kita ketahui bahwa harga singkong mentah relatif murah, untuk merubah harga/nominal dari singkong maka pemilik usaha kerupuk singkong Sarly mengubah singkong mentah menjadi kerupuk singkong yang memiliki rasa daging sapi. Dengan menambahkan kornet daging sapi ke dalam kerupuk singkongnya, hal ini dapat merubah nilai singkong mentah yang awalnya rendah menjadi tinggi.
3.        Pengambil risiko
          Usaha kerupuk singkong Sarly terbilang usaha yang membuat kerupuk singkong yang berbeda dengan kerupuk lainnya. Hal ini dikarenakan pemilik usaha menambahkan kornet daging sapi ke dalam adonan kerupuknya. Selain itu, membuat produk yang inovatif akan mempermudah bersaing dengan kerupuk sejenis, akan tetapi pemilik usaha juga harus dapat mengambil keputusan apabila muncul beberapa risiko pada usahanya.
4.        Kepemimpinan
          Pemimpin harus bisa menjadi seorang pemimpin yang dapat menyelesaikan permasalahan yang ada serta bertanggung jawab atas berjalannya suatu usaha. Di lain sisi, seorang pemimpin juga harus mudah bergaul dengan karyawan atau dengan rekan kerjanya serta tidak membedakan antara karyawan baru atau lama. Hal ini perlu dilakukan oleh pemimpin perusahaan supaya karyawan atau rekan kerjanya merasa dihormati dan usaha yang dipimpinnya akan berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
          Usaha kerupuk singkong Sarly ini masih terbilang usaha yang berskala kecil, karyawannya pun berasal dari keluarga pemilik usaha tersebut. Oleh karena itu, pemilik usaha mudah bergaul dengan karyawannya sebab mereka berasal dari keluarganya sendiri. Meskipun begitu, apabila salah satu karyawan atau pekerja melakukan kesalahan saat proses produk, ia juga akan mengkritik kemudian memberikan saran yang baik. Tujuannya agar karyawan tersebut tidak melakukan atau mengulang kesalahan yang sama.
5.        Keorisinilan
          Sebagai seorang wirausaha haruslah memiliki kreativitas dan inovatif dalam menciptakan suatu produk atau jasa. Sebab, produk atau jasa yang lebih inovatif akan mampu bertahan dengan banyaknya pesaing yang bermunculan saat  ini.
          Seperti yang dilakukan oleh pemilik usaha kerupuk singkong Sarly, ia membuat sebuah produk yang inovatif serta asli atau murni dari ide pemilik usaha tersebut. Pemilik usaha tersebut yakin bahwa produk yang ia buat atau yang ditawarkan kepada konsumen akan lebih diminati. Dengan membuat produk yang asli tanpa meniru produk-produk lainnya, maka produk yang dihasilkan oleh usaha kerupuk singkong ini akan mampu bertahan meskipun banyak pesaing yang bermunculan.
6.        Berorientasi ke masa depan
          Dalam menjalankan suatu usaha, pastinya akan memikirkan rencana ke depannya mau seperti apa. Oleh karena itu, perlu adanya perencanaan yang matang dari seorang wirausaha untuk melakukan semuanya. Apabila suatu usaha tidak mempunyai rencana untuk ke depan, maka usaha tersebut tidak dapat berkembang serta usahanya tidak dapat bertahan lagi akibatnya akan mengakibatkan kebangkrutan.
          Sebagai pemilik usaha kerupuk singkong Sarly, saya rencananya akan menambah rasa yang berbeda lagi dengan jenis kerupuk lainnya. hal ini saya lakukan supaya konsumen tidak bosan dengan produk yang kami buat. Selain itu, kami juga berencana untuk membeli peralatan yang berhubungan langsung pada proses produksi, supaya produk yang kami hasilkan dapat berjumlah banyak sehingg perusahaan kami dapat memenuhi kebutuhan para konsumen dengan  baik.
Saat mencoba idenya untuk membuat kerupuk singkong dengan menambahkan kornet daging sapi ke dalam adonan kerupuk, awal mulanya pemilik usaha mengalami kesusahan dikarenakan tidak mengetahui takaran atau seberapa banyak daging sapi tersebut di masukkan. Pada saat itu, pemilik usaha terlalu banyak menambahkan daging sapi akibatnya pada saat penggorengan kerupuknya justru kerupuknya terlihat gosong. Kemudian ia mencoba membuat lagi, akan tetapi untuk yang ini ia mengurangi jumlah takaran atau jumlah daging sapinya. Dan hasilnya pada saat penggorengan tidak gosong. Pada percobaan kedua ini lah pemilik usaha akhirnya berhasil membuat kerupuk singkong dengan hasil yang bagus, enak serta gurih. Hal ini membuat pemilik usaha kerupuk singkong tersebut untuk tidak menyerah dalam membuat produknya, dengan tekad yang besar dan kesabaran yang miliki oleh pemilik usaha akhirnya ia dapat memproduksi kerupuk singkong yang memiliki rasa yang berbeda dan yang tidak kalah pentingnya kerupuk singkong tersebut mampu bersaing dengan kerupuk singkong sejenis.
Dalam berwirausaha perlu adanya pengembangan sikap mental dari pelaku usaha, hal ini dikarenakan sikap mental yang menentukan apakah orang menjadi sosok yang tinggi budi atau sebaliknya menjadi orang yang jahat dan culas. Maka dari itu, pemilik usaha kerupuk singkong dapat mengembangkan sikap mental seperti :
1.        Menunjukkan sikap yang positif
       Sikap positif memudahkan untuk memfokus pada kegiatan, kejadian dan atas hasil yang diinginkan. Pengalaman negatif mempunyai segi yang positif. Bersikap secara positif terhadap semua peristiwa dan mencari hikmah dari pengalaman. Oleh sebab itu, mempunyai sikap yang positif dapat membantu dalam mengembangkan sebuah usaha.
       Untuk mengembangkan sikap positif, pemilik usaha kerupuk singkong Sarly melakukan beberapa cara seperti :
a.         Dalam memasarkan produknya, pemilik usaha tersebut memusatkan perhatian kepada semua kalangan (anak-anak, remaja dan dewasa), hal ini dikarenakan produk yang dibuat oleh usaha ini cocok dikonsumsi oleh semua kalangan dan produk ini tidak mengandung bahan kimia yang berbahaya bagi kesehatan tubuh kita. Dengan membuat produk untuk semua kalangan, pemilik usaha kerupuk singkong sarly tersebut berharap produknya akan laku dipasaran serta lebih diminati oleh para konsumen.
b.         Saat menjalankan usahanya, pemilik usaha kerupuk singkong sarly tidak pernah memiliki ide yang negatif serta ia sebisa mungkin untuk menjauhkan dirinya dari pemikiran yang negatif. Ketika pelaku usaha memiliki kebiasaan seperti diatas ini akan berakibat pada usaha yang dijalankan, nantinya kebiasaan tersebut akan mempengaruhi pelaku usaha dan akan membuat usahanya tidak dapat berjalan dengan lancar.
c.         Sebagai pelaku usaha yang baru, pemilik usaha kerupuk singkong ini harus mengetahui peluang-peluang apa saja yang ada. apabila tidak mengetahui hal tersebut, ini akan memperlambat perkembangan usaha yang akan di jalankan. Oleh sebab itu, pemilik usaha kerupuk singkong harus dapat mengetahuinya, karena sikap ini dapat membantu perkembangan usaha yang ditekuninya. Situasi seperti apapun, pemilik usaha harus bisa mengetahui, supaya tidak melewatkan peluang-peluang emas untuk usahanya.
d.        Meninggalkan suatu ide jika tidak menghasilkan yang benar. Hal ini dilakukan oleh pemilik usaha kerupuk singkong agar dapat mewujudkan ide yang lebih pasti dan lebih baik tentunya. apabila pelaku usaha meneruskan atau menjalankan ide yang tidak baik, ini akan membuat pelaku usaha mengejar hal yang tidak pasti dan tidak akan berhasil secara memuaskan.
e.         Pemilik usaha kerupuk singkong sarly juga menghilangkan beban mental yang ada pada usaha dengan cara mengambil tindakan yang benar. Memusatkan pikiran pada problem yang ada, sehingga pelaku usaha akan lebih fokus pada masalahnya dan tidak memikirkan masalah yang belum ada. dengan membuat beberapa tindakan atau solusi untuk memecahkan masalah, diharapkan masalah tersebut dapat terselesaikan secara cepat.
3.3 Risiko Yang Ada Pada Usaha Kerupuk Singkong “Sarly”
Saat menjalankan sebuah usaha, pastinya tidak terlepas dari sebuah risiko. Risiko timbul saat seseorang menerima tanggungjawab atas keputusan dan tindakan yang dilakukan, dan atas keputusan-keputusan itulah maka bertanggungjawab mengatasi dengan keyakinan yang lebih besar untuk mengurangi risiko. Risiko dapat diselesaikan dengan cara mengambil keputusan yang benar dan tepat. Sebagai wirausaha jangan mengambil risiko yang tidak diperlukan, usahakan dapat menguasai emosi dan mengambil risiko jika keuntungan sama atau lebih besar dari risiko yang terkandung.
Pada usaha kerupuk singkong sarly ini, pemilik usaha tentunya menemukan beberapa risiko yang dihadapinya yaitu :
a.         Risiko terhadap rasa
       Mengapa rasa termasuk dalam risiko usaha kerupuk singkong ini, hal tersebut diakibatkan karena kerupuk singkong ini terbuat menggunakan rasa daging sapi. Saat memutuskan untuk membuat produk tersebut, pastinya pemilik usaha harus pintar dalam menyakinkan hati para konsumen agar produknya lebih dikenal serta lebih diminati oleh banyak konsumen. pada umumnya, kerupuk singkong yang memiliki rasa daging sapi belum ada. hal ini membuat pemilik usaha mengambil beberapa keputusan untuk mengatasi risiko tersebut.
       Cara pertama yakni, memberikan contoh atau sampel pada konsumen secara langsung, dengan begitu para konsumen akan mengetahui rasa produk kerupuk singkong tersebut terlebih dahulu. Apabila konsumen merasa suka tau puas dengan rasanya, maka mereka akan membeli produk yang dibuat oleh usaha kerupuk singkong sarly ini.
       Cara kedua yakni, untuk produk yang baru pastinya akan melakukan cara seperti memberikan potongan pada harga. Pada umumnya, masyarakat atau para konsumen akan lebih senang jika diberikan potongan harga. Hal ini akan membuat penjualan kerupuk singkong dapat berjalan dengan yang sesuai diharapkan.
b.        Risiko terhadap proses produksi
       Untuk membuat produk yang inovatif, pastinya memerlukan waktu yang lumayan lama pada proses produksinya. Saat proses produksinya pun terkadang mengalami kesulitan atau hambatan, seperti saat memotong kerupuk yang setengah matang menjadi kecil-kecil secara manual. Hal ini membuat pemilik usaha untuk membeli peralatan yang khusus dibuat untuk kegiatan tersebut akan proses produksi lebih cepat dan menghasilkan jumlah produk yang lebih banyak dari sebelumnya.
       Risiko saat membeli peralatan baru, akan berpengaruh terhadap harga jual pada produknya. Untuk mengatasi risiko tersebut, pemilik usaha akan mengurangi jumlah kerupuknya. Hal ini dilakukan oleh pemilik usaha supaya harganya tidak terlalu mahal dan ia tidak akan mengalami kerugian saat penjualan produknya.
c.         Risiko terhadap pesaing
       Menciptakan atau menjalankan sebuah usaha pastinya akan bertemu dengan pesaing. Apapun usahanya pasti ada pesaingnya apalagi usaha menghasilkan kerupuk. Masyarakat sendiri pastinya akan lebih nikmat apabila makan dengan kerupuk. Oleh sebab itu, banyak pelaku usaha memproduksi kerupuk. Bermacam-macam rasa kerupuk dapat kita temui, akan tetapi kerupuk yang memiliki rasa daging sapi pastinya belum pernah ada.
       Hal ini menjadikan sebuah risiko pada usaha kerupuk singkong sarly. Untuk mengatasi risiko tersebu, pemilik usaha membuat produk dengan menambah rasa daging sapi. Dengan memberikan inovasi rasa yang berbeda diharapkan pemilik usaha kerupuk singkong sarly dapat mengatasi risiko terhadap pesaing.




















BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Pelaku usaha merupakan individu yang berorientasi kepada tindakan, dan bermotivasi tinggi mengambil risiko dalam mengejar tujuan. Keberhasilan pelaku usaha tergantung pada kesediaan untuk bertanggung jawab atas pekerjaan sendiri, belajar tentang diri sendiri untuk mencapai tujuan yang sesuai dengan keinginan dalam menjalani hidup. Kekuatan datang dari tindakan sendiri dan bukan dari orang lain.
Saat melakukan kegiatan harus dapat menemukan apakah ada risiko atau tidak, suatu risiko, kekuatan, posisi dan kewenangan akan mendapat tantangan. Jika diketahui terdapat risiko dalam bisnis, maka dibutuhkan kemampuan untuk menilai situasi secara realistik dan mencari pemecahan. Berani mengambil tindakan korektif yang diperlukan, walaupun mengandung risiko tertentu.
4.2 Saran
Apabila terdapat suatu risiko dalam usaha, maka diperlukan pengambilan keputusan untuk mengatasi risiko tersebut. Segera melaksanakan suatu rencana pasti dan mulai mengambil tindakan. Menyiapkan rencana-rencana alternatif, karena apabila rencana utama tidak berhasil, maka alternatif memungkinkan bisa digunakan untuk mengatasi risiko tersebut.








DAFTAR PUSTAKA
Sukirman. 2008. Kewirausahaan. Semarang : Galaksi Nusindo





















ANALISIS PROPOSAL USAHA KERUPUK SINGKONG “SARLY”

ANALISIS PROPOSAL USAHA KERUPUK SINGKONG “SARLY” Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Kewirausahaan ...